Menjadi seorang Puragabaya adalah suatu kehormatan besar. Kedudukan Puragabaya adalah kedudukan yang mulia. Seorang Puragabaya menyatukan sifat kesatriaan, keperkasaan dan kefaqihan agama dalam dirinya. Puragabaya merupakan pemuda pilihan yang diangkat dari kalangan bangsawan yang memiliki akhlak dan budi pekerti yang luhur serta fisik yang prima. Untuk dapat menjadi seorang Puragabaya harus melalui tahapan yang sangat berat dan sulit. Puragabaya diharuskan hidup sederhana , tinggal di sebuah padepokan di tengah hutan belantara, menghadapi latihan-latihan yang taruhannya nyawa. Selain mempelajari ilmu kanuragan dan beladiri yang mumpuni, Puragabaya juga dibekali dengan ilmu-ilmu agama. Sehingga seorang Puragabaya selain memiliki ilmu kanuragan yang sangat ampuh dan berbahaya, juga memiliki kefaqihan yang tinggi dalam agama.

Tuesday, September 5, 2006

Beladiri sebagai penjagaan

Di tengah kondisi perekonomian yang semakin sulit seperti akhir-akhir ini, kita saksikan tindak kejahatan semakin meningkat. Kejahatan tersebut kadang tidak memandang tempat, waktu, situasi dan kondisi. Seperti cerita adik teman gue, yang beberapa waktu yang lalu ketika akan berangkat kuliah ditodong dengan senjata tajam oleh seseorang dalam mikrolet yang ditumpanginya. Mirisnya, mikrolet tersebut penuh dengan penumpang (laki-laki dan perempuan), tapi tak seorangpun diantara penumpang tersebut yang bertindak apalagi menolong. Walhasil dompet beserta handphone pun bablasss…!! Gue jadi berfikir, apakah para penumpang tersebut tidak mau peduli atau ….takut? Menyimak cerita di atas, mungkin kita baru terpikir pentingnya ilmu beladiri.

Orang yang telah berlatih beladiri mempunyai kepercayaan diri dan keberanian yang lebih tinggi dibandingkan dengan mereka yang belum berlajar beladiri. Semakin sering seseorang melatih ilmu beladirinya, sudah tentu akan semakin mahir dan meningkat ilmu beladirinya. Karena selama berlatih beladiri, biasanya seseorang berlatih tehnik-tehnik serangan dan bertahan, serta tehnik menghadapi lawan. Baik menggunakan tangan kosong atau senjata. Selama latihan tersebutlah mental dan reflek akan terbentuk. Semakin mahir, tentu akan semakin berani dan percaya diri.

Perlu diingat bahwa antara latihan dan pertarungan yang sebenarnya tentulah memiliki aura yang sangat berbeda, tergantung situasi dan kondisi. Seseorang yang latihannya hanya sering menghadapi serangan tangan kosong, pada saat menghadapi senjata tajam seperti pisau, golok, clurit mungkin agak sedikit “kagok”. Begitu juga jika menghadapi lawan lebih dari 1 orang. Hal ini tentu akan berpengaruh terhadap keberanian dan kepercayaan diri seseorang. Pada saat latihan, biasanya serangan masih terkontrol, berbeda dengan pertarungan sesungguhnya. Oleh sebab itu, ada baiknya juga dalam latihan mengadapi serangan senjata tajam misalnya, senjata yang digunakan adalah senjata sesungguhnya, bukan senjata bo’ong bo’ongan. Sehingga keberanian dan kepercayaan diri tetap tinggi ketika menghadapi serangan sesungguhnya. Dan jika bentrokan tidak dapat dihindarkan lagi, hadapilah lawan dengan tetap memperhatikan kewaspadaan, ketenangan, dan percaya diri.

Oleh sebab itu kita harus berhati-hati dan waspada selalu, dimana saja dan kapan saja. Ingat kejahatan terjadi bukan hanya karena ada niat pelakunya, tapi juga karena ada kesempatan…waspadalah…waspadalah….!!

No comments: