Menjadi seorang Puragabaya adalah suatu kehormatan besar. Kedudukan Puragabaya adalah kedudukan yang mulia. Seorang Puragabaya menyatukan sifat kesatriaan, keperkasaan dan kefaqihan agama dalam dirinya. Puragabaya merupakan pemuda pilihan yang diangkat dari kalangan bangsawan yang memiliki akhlak dan budi pekerti yang luhur serta fisik yang prima. Untuk dapat menjadi seorang Puragabaya harus melalui tahapan yang sangat berat dan sulit. Puragabaya diharuskan hidup sederhana , tinggal di sebuah padepokan di tengah hutan belantara, menghadapi latihan-latihan yang taruhannya nyawa. Selain mempelajari ilmu kanuragan dan beladiri yang mumpuni, Puragabaya juga dibekali dengan ilmu-ilmu agama. Sehingga seorang Puragabaya selain memiliki ilmu kanuragan yang sangat ampuh dan berbahaya, juga memiliki kefaqihan yang tinggi dalam agama.

Thursday, July 19, 2007

Pendekar Cilik

Menanamkan minat dan kecintaan terhadap ilmu dan seni beladiri terutama silat, kepada anak-anak merupakan hal yang gampang-gampang sulit untuk dilakukan. Karena pada umumnya, anak-anak masih belum memahami betapa tingginya nilai warisan leluhur tersebut. Ibarat mutiara, jika diberikan kepada anak kecil mungkin hanya akan menjadi mainan untuknya, dibuang bahkan mungkin dirusak. Tapi jika mutiara diberikan kepada orang dewasa yang memahami betapa tingginya nilai sebuah mutiara, tentulah akan dijaga, disimpan, dirawat dengan sepenuh hati jangan sampai mutiara tersebut hilang atau rusak. Anak-anak mungkin masih belum mengerti pentingnya menjaga dan melestarikan silat sebagai warisan leluhur yang sangat tinggi nilainya, tapi itu bukanlah masalah utama. Karena itu, tanggung jawab kita yang telah mengerti untuk memberikan pemahaman kepada mereka.

Proses awal yang harus dilakukan adalah memperkenalkan anak-anak pada silat, seperti kata pepatah “Tak kenal maka tak sayang”. Pada proses perkenalan inilah yang menjadi pondasi utama untuk membangun kecintaan mereka kepada silat. Jika pada proses perkenalan, anak-anak merasa senang, nyaman, enjoy tentulah ke depannya akan lebih mudah. Tapi jika pada proses perkenalan, anak-anak merasa tidak senang, tidak nyaman, dipaksakan, jangan harap kecintaan tersebut tumbuh. Bahkan mungkin sebaliknya, rasa benci, trauma, takut yang timbul.
Kalo gue sendiri tidak pernah memaksakan kepada anak-anak gue untuk belajar pencak silat. Tapi secara tidak langsung, anak-anak selalu gue ajak untuk berkenalan, bersosialisasi, bergaul dengan hal-hal yang berhubungan dengan silat. Entah itu pada kegiatan-kegiatan latihan, kejuaraan, festival dan lain-lain. Kadang pada kegiatan-kegiatan tersebut ada demonstrasi yang dilakukan oleh para pendekar cilik, yang dapat menimbulkan ketertarikan pada anak-anak. Hal tersebut bisa saja menjadi salah satu pemicu, motivasi bagi anak-anak untuk bisa seperti para pendekar cilik tersebut. Ini salah satu contoh yang terjadi pada anak-anak gue.
Proses yang tidak kalah pentingnya adalah mengemas bagaimana caranya silat merupakan sesuatu yang menyenangkan bagi anak-anak. Karena pada dasarnya, anak-anak masih senang bermain. Meskipun begitu, nilai-nilai luhur seperti kesabaran, kebersamaan, kerjasama, sportivitas, dispilin dan tanggung jawab sudah mulai ditanamkan.

Jerih payah gue untuk menanamkan kecintaan silat kepada anak-anak gue sudah mulai membuahkan hasil, mereka mulai menyukai silat. Mereka minta dibelikan seragam, dibelikan golok-golokan, minta diajarkan tepak dan hal lain yang berbau silat. Suatu proses awal yang positif sebagai upaya pelestarian silat. Ini merupakan salah satu langkah kecil yang sementara gue bisa lakukan sebagai wujud kecintaan gue pada silat, dengan menumbuhkan kecintaan akan pada anak-anak gue. Minimal gue sudah punya 2 pendekar cilik yang mudah-mudahan bisa meneruskan tongkat estafet pelestarian silat di masa depan. Melalui tangan-tangan mungil merekalah tongkat tersebut akan terus dibawa untuk diberikan kepada tangan-tangan mungil para pendekar cilik lain, yang masih mau peduli untuk selalu menjaga dan melestarikan warisan leluhur ini. Kepada siapa lagi tongkat estafet pelestarian silat kita berikan, selain kepada para pendekar cilik tersebut sebagai pewarisnya.