Menjadi seorang Puragabaya adalah suatu kehormatan besar. Kedudukan Puragabaya adalah kedudukan yang mulia. Seorang Puragabaya menyatukan sifat kesatriaan, keperkasaan dan kefaqihan agama dalam dirinya. Puragabaya merupakan pemuda pilihan yang diangkat dari kalangan bangsawan yang memiliki akhlak dan budi pekerti yang luhur serta fisik yang prima. Untuk dapat menjadi seorang Puragabaya harus melalui tahapan yang sangat berat dan sulit. Puragabaya diharuskan hidup sederhana , tinggal di sebuah padepokan di tengah hutan belantara, menghadapi latihan-latihan yang taruhannya nyawa. Selain mempelajari ilmu kanuragan dan beladiri yang mumpuni, Puragabaya juga dibekali dengan ilmu-ilmu agama. Sehingga seorang Puragabaya selain memiliki ilmu kanuragan yang sangat ampuh dan berbahaya, juga memiliki kefaqihan yang tinggi dalam agama.

Monday, December 25, 2006

Bloodsports

Sudah pernah nonton film Bloodsports yang dibintangi Van Damme. Yang diangkat dari kisah nyata tentang pertarungan bebas yang diadakan secara illegal. Asal tau aja bahwa pertarungan bebas seperti ini sebenarnya ada juga di Indonesia. Gue pernah hadir beberapa kali dalam event seperti ini. Undangan yang hadir pun dibatasi. Yang diundang pun bukan perguruan besar, melainkan kebanyakan perguruan keluarga. Pernah juga sih ada orang dari perguruan seperti karate, taekwondo, kempo, judo hadir. Tapi diundang sebagai pribadi bukan atas nama perguruan. Petarung yang turun pun tidak sembarangan, mereka harus direkomendasikan oleh sang guru. Biasanya sang guru hanya membawa 1 atau 2 orang muridnya dalam event tersebut. Acara biasanya dimulai malam hari setelah sebelumnya melakukan sholat Isya berjama’ah. Pertarungan yang digelar dalam event tersebut tidak mempunyai aturan khusus. Pertarungan menggunakan tangan kosong, dan semua anggota badan halal diserang. Yah kalo boleh minjem istilah salah satu film pertarungan bebas, “There’s only one rule, no rule…!!” Yang mau pake jimat, pake isim silahkan saja. Tapi sepanjang sepengetahuan gue, yang udah pake jimat tetep aja hidungnya moncrot berdarah kena pukul, nggak ngaruh tuh…

Memang yang namanya hidung moncrot, bibir pecah, gigi patah, jari, tangan/kaki keseleo bahkan patah bukan hal yang aneh dalam pertarungan tersebut. Gue sendiri dulu hadir beberapa kali dalam event tersebut diajak oleh salah seorang guru silat gue. Bahkan pernah ada seorang pelatih Kempo sabuk hitam mengalami patah tulang kering, setelah tendangan mawasi geri nya ditangkis hanya dengan tangan kiri oleh seorang pesilat yang badannya jauh lebih kecil. Walaupun banyak yang cidera, tetapi tidak pernah ada dendam diantara peserta. Karena masing-masing sudah tau resikonya. Tapi sayang setelah guru silat gue tersebut meninggal, gue nggak pernah tau lagi mengenai pertarungan bebas tersebut, apakah masih tetep berlangsung sampe sekarang atau tidak.

Friday, November 10, 2006

Ciri Petarung

Setiap petarung mempunyai ciri sendiri dalam menghadapi suatu pertarungan.

Yang pertama mendahului serangan dan tidak memberi kesempatan lawan untuk menyerang Gerakan cepat, tepat, dan kuat untuk melumpuhkan lawan harus kita lakukan terlebih dahulu, sebelum lawan menyerang lebih dahulu. Tujuannya adalah untuk membuat lawan terkejut, dan apabila serangan kita tepat sasaran akan membuat lawan menjadi lemah. Namun perlu diantisipasi kalau lawan dapat mengelak/menghindar atau serangan kita ternyata tidak tepat sasaran.

Yang kedua menunggu serangan
Dengan asumsi bahwa menunggu serangan adalah posisi menguntungkuan, karena fokus hanya kepada serangan lawan sambil membaca kelemahan lawan untuk selanjutnya memberikan serangan balik dengan cepat dan akurat ke daerah lemah tersebut.

Toh itu itu semua di atas akan sia-sia jika tidak barengi dengan mental dan fisik yang prima. Bagaimanapun baiknya teknik dan strategi, kalo nafasnya nafas kretek, mentalnya mental tempe, kontrol emosi amburadul, yah bakalan cuma jadi sansak hidup doang deh sama lawan.

Monday, October 16, 2006

Silat….unbelievable

Gue sendiri mulai tertarik silat, karena ngeliat temen-temen gue dibuat nggak berkutik ngadepin seorang guru silat yang kalo diliat tongkrongannya jauh dari seorang pendekar, kecil & kurus. Padahal temen-temen gue semuanya pemegang sabuk hitam Karate, Taekwondo, Kempo. Gue sendiri akhirnya penasaran dan pengen jajal juga. Sebagai karateka pemegang sabuk hitam, gue merasa pukulan & tendangan gue cukup cepet, masak sih nggak bisa masuk serangan gue, itu yang terlintas dalam pikiran gue. Gue cukup yakin karena power & speed pukulan & tendangan selalu gue latih ketika itu. Dan tak disangka-sangka……. akhirnya ……..nasib gue nggak jauh beda sama temen2 gue ….he…he….. , tapi itulah faktanya.

Dalam satu kesempatan sang guru pernah bilang, “Pukulan & tendangan cepat itu bukanlah segalanya. Memiliki pukulan dan tendangan cepat, jika tidak dibarengi pemahaman momentum dan langkah yang baik, itu sama saja bunuh diri.”

Friday, October 6, 2006

Kendel ora nyendake umur, jereh ora ndawake umur

Orang berani belum tentu memendekkan umur, orang takutpun belum tentu umurnya panjang. Ini adalah salah satu filosofi yang selalu gue tanamkan dalam diri, untuk tidak takut dalam menghadapi bahaya, rintangan atau apapun yang mengancam keselamatan jiwa. Tidak ada satupun yang pantas ditakuti selain Dia Yang Maha Segalanya. Ketika kaki gue melangkah keluar rumah, gue selalu berdoa “Bismillahi tawakaltu alallahi laa hawlaa walaa kuwwataa illa billah” (Dengan nama Allah, pasrah aku padaMu Allah, tidak ada daya dan kekuatan kecuali denganMu Allah).
Jadi ketika gue keluar rumah, gue udah pasrahin semua kepada Allah. Apa yang bakal terjadi nanti semua adalah perkara Allah. Alhamdulillah, beberapa kali gue nemui bahaya, ancaman dimanapun, sampai detik ini masih diselamatkan Allah. Entah esok hari ….
Dalam hadits Shahih Bukhori disebutkan jika ada seorang muslim mati dibunuh, karena mempertahankan harta, jiwa, kehormatan, keluarga, maka hukumnya jelas, mati syahid. Sesuai dalil “wa man kutila duna malihi fahuwa Syahidun, wa man kutila duna ahlihi aw duna damihi aw duna dinnihi fahuwa syahidun.”

Oleh sebab itu tidak alasan bagi seorang muslim untuk takut, selama selalu berpasrah diri kepadaNya. Wong kadang-kadang seseorang yang punya backing seorang Jenderal aja sudah merasa aman. Padahal “Cuma” seorang Jenderal yang notabene hanya seorang manusia juga.
Ingatlah padaKu, maka Aku akan ingat padamu, begitu janji Allah. Apakah kita masih merasa takut selain kepada Nya?

Sunday, September 10, 2006

Wanita

Wanita menurut gue adalah makhluk yang unik penuh misteri yang diciptakan oleh Tuhan. Ada beberapa pendapat mengatakan bahwa wanita adalah makhluk yang lemah yang harus dilindungi. Tapi ada juga yang berpendapat bahwa wanita adalah makhluk yang sangat kuat yang ada di dunia. Banyak kisah pria yang terkenal akan kekuasaannya, kekuatannya, kemashyurannya, kewibawaannya jatuh di tangan seorang wanita. Tapi tidak sedikit juga, dibalik kisah sukses seorang pria ternyata ada seorang wanita yang selalu mendukung di sisinya. Itulah wanita.

Gue kadang menjadi sangat geram jika mendengar ada suami yang menganiaya istri, bapak menganiaya anak perempuannya bahkan anak yang menganiaya ibunya. Orang –orang seperti itu adalah makhluk pengecut terhina yang pernah ada di muka bumi ini. Tidak ada toleransi pembenaran dengan dalih apapun atas apa yang telah mereka lakukan. Salah seorang guru silat gue pernah bilang, “Kalo mau jadi jagoan jangan di rumah, tapi di luar rumah. Seorang jagoan nggak akan pernah berani sama ibunya. Jangankan memukul, bicara kasar aja haram hukumnya..!!”

Wanita memang diciptakan oleh Tuhan dari tulang rusuk adam yang bengkok. Jika kita paksakan untuk diluruskan maka akan patah. Tapi jika didiamkan tanpa berusaha untuk diluruskan, maka dia akan semakin bengkok. Itulah wanita, sesosok makhluk unik yang penuh dengan misteri. Kalo menurut Dewa, wanita diciptakan untuk selalu menjadi pendamping sesosok makhluk yang disebut pria.
...Hawa tercipta di dunia, untuk menemani sang Adam. Begitu juga dirimu, tercipta tuk temani aku...

Wednesday, September 6, 2006

Thanks to My Hero .....


Akhir-akhir ini gue melihat ada beberapa dojo membuka pelatihan beladiri khusus untuk anak-anak. Kalo menurut gue ini merupakan hal yang positif, karena banyak kok pelajaran yang bisa dipetik selama latihan beladiri. Hampir semua perguruan beladiri mengajarkan filosofi kesabaran, kebaikan, sportifitas, dispilin, keberanian dan tanggung jawab. Beladiri dapat membentuk karakter yang kuat kepada anak-anak, terutama dalam hal tersebut di atas. Memang sebaiknya untuk anak-anak bukan unsur beladirinya yang menjadi fokus utama.

Gue jadi inget, dulu waktu SD gue ditawarin ama Babe untuk belajar karate. Wah gue antusias banget, karena gue udah sering ngeliat Babe ngelatih, ikut pertandingan, demonstrasi di kesatuannya Polisi Militer, kelihatannya gagah banget. Tapi gue justru nggak dimasukin ke perguruan Babe, tapi ke perguruan lain. Soalnya kata Babe kalo di perguruan Babe, pelatihnya mungkin agak sungkan sama gue. Dan mulai sejak itulah gue mengenal beladiri. Tapi ada juga orang tua yang berpendapat sebaliknya. Buat apa sih belajar beladiri, mau jadi jagoan loe? Ah pendapat yang sangat picik menurut gue. Gue adalah salah satu anak dari sekian banyak anak-anak lain di belahan bumi ini yang sangat berterima kasih sama babenya karena telah diperkenalkan olahraga beladiri. Selain prestasi, banyak juga pelajaran yang bisa gue dapet, dan itu tak ternilai harganya. Dan gue berharap hal tersebut bisa gue jadikan contoh dalam mendidik anak-anak gue tercinta…Osa ‘n Barron…..Papa love u all
Buat Babe ….You always be My Hero….!!

Tuesday, September 5, 2006

Beladiri sebagai penjagaan

Di tengah kondisi perekonomian yang semakin sulit seperti akhir-akhir ini, kita saksikan tindak kejahatan semakin meningkat. Kejahatan tersebut kadang tidak memandang tempat, waktu, situasi dan kondisi. Seperti cerita adik teman gue, yang beberapa waktu yang lalu ketika akan berangkat kuliah ditodong dengan senjata tajam oleh seseorang dalam mikrolet yang ditumpanginya. Mirisnya, mikrolet tersebut penuh dengan penumpang (laki-laki dan perempuan), tapi tak seorangpun diantara penumpang tersebut yang bertindak apalagi menolong. Walhasil dompet beserta handphone pun bablasss…!! Gue jadi berfikir, apakah para penumpang tersebut tidak mau peduli atau ….takut? Menyimak cerita di atas, mungkin kita baru terpikir pentingnya ilmu beladiri.

Orang yang telah berlatih beladiri mempunyai kepercayaan diri dan keberanian yang lebih tinggi dibandingkan dengan mereka yang belum berlajar beladiri. Semakin sering seseorang melatih ilmu beladirinya, sudah tentu akan semakin mahir dan meningkat ilmu beladirinya. Karena selama berlatih beladiri, biasanya seseorang berlatih tehnik-tehnik serangan dan bertahan, serta tehnik menghadapi lawan. Baik menggunakan tangan kosong atau senjata. Selama latihan tersebutlah mental dan reflek akan terbentuk. Semakin mahir, tentu akan semakin berani dan percaya diri.

Perlu diingat bahwa antara latihan dan pertarungan yang sebenarnya tentulah memiliki aura yang sangat berbeda, tergantung situasi dan kondisi. Seseorang yang latihannya hanya sering menghadapi serangan tangan kosong, pada saat menghadapi senjata tajam seperti pisau, golok, clurit mungkin agak sedikit “kagok”. Begitu juga jika menghadapi lawan lebih dari 1 orang. Hal ini tentu akan berpengaruh terhadap keberanian dan kepercayaan diri seseorang. Pada saat latihan, biasanya serangan masih terkontrol, berbeda dengan pertarungan sesungguhnya. Oleh sebab itu, ada baiknya juga dalam latihan mengadapi serangan senjata tajam misalnya, senjata yang digunakan adalah senjata sesungguhnya, bukan senjata bo’ong bo’ongan. Sehingga keberanian dan kepercayaan diri tetap tinggi ketika menghadapi serangan sesungguhnya. Dan jika bentrokan tidak dapat dihindarkan lagi, hadapilah lawan dengan tetap memperhatikan kewaspadaan, ketenangan, dan percaya diri.

Oleh sebab itu kita harus berhati-hati dan waspada selalu, dimana saja dan kapan saja. Ingat kejahatan terjadi bukan hanya karena ada niat pelakunya, tapi juga karena ada kesempatan…waspadalah…waspadalah….!!

Monday, September 4, 2006

Peregangan

Peregangan merupakan persiapan awal sebelum melakukan kegiatan olahraga. Ada peregangan yang sifatnya umum, ada yang sifatnya khusus. Peregangan untuk olahraga beladiri, jelas berbeda dengan peregangan untuk olahraga catur misalnya ..he..he..he..
Tujuan peregangan antara lain untuk memperoleh kelenturan untuk menggerakkan otot beserta persendian pada seluruh sudut pergerakan. Hal ini perlu dilakukan dangan baik dan benar agar memperoleh hasil dan manfaat yang maksimal. Peregangan juga dapat mengurangi resiko cidera pada saat latihan. Resiko-resiko tersebut antara lain cedera otot, cedera persendian, keseleo, salah urat dan cedera otot lainnya.

Untuk beladiri modern, peregangan merupakan salah satu tahapan awal yang harus dilakukan sebelum memulai latihan. Berbeda dengan beladiri seperti silat tradisional misalnya. Pengalaman gue belajar dalam beberapa aliran silat tradisional, peregangan hampir tidak pernah dilakukan. Kalaupun ada, itupun tidak terstruktur dengan baik. Yang jelas, begitu latihan dimulai langsung masuk gerakan jurus. Kalaupun ada yang cedera, cuma diurut sebentar ama gurunya ….bim salabim aneh bin ajaib ….cederanya hilang dan udah bisa langsung latihan lagi. Boleh percaya, boleh tidak.

Tapi gue pribadi sih lebih prefer tetep melakukan peregangan sebelum memulai melakukan kegiatan olahraga apapun, apalagi beladiri. Ada peregangan yang dilakukan lebih dulu sebelum pemanasan, ada juga yang sebaliknya. Bagaimana dengan anda ?

Monday, August 21, 2006

Beladiri yang baik

Beladiri yang baik adalah beladiri yang bisa digunakan dimanapun, dalam kondisi apapun, dalam keadaan bagaimanapun.

Sunday, July 2, 2006

Keberanian dan Kesombongan

Batas antara keberanian dan kesombongan sangatlah tipis. Kesombongan selalu diiringi dengan keberanian. Karena jika seseorang telah melakukan kesombongan, berarti dia sudah mempunyai keberanian untuk melakukan kesombongan tersebut. Sedangkan keberanian tidak selalu diiringi dengan kesombongan. Tapi jika tidak dijaga, maka keberanian dapat menimbulkan kesombongan.

Thursday, June 8, 2006

Makin tau ......

Semakin banyak yang gue pelajari, semakin banyak yang gue tau. Semakin banyak yang gue tau, semakin tau-lah gue bahwa sebenarnya gue belum tahu apa-apa.